Thursday, 19 November 2009

Ketika Cinta Bertasbih II

Salam pembuka bicara.. senyum

Saya suka untuk berkongsi satu mutiara kata ini yang saya gunting sedikit dari novel hasil kreatif serta pintar Habiburrahman El-Syirazy iaitu Best Seller Book,
Ketika Cinta Bertasbih II.


Sombong adalah sifat milik Allah saja, yang berhak memiliki hanya
Allah. Tidak boleh ada satu makhluk pun yang menyaingi Allah
dalam hal ini. Siapa yang menyaingi Allah dan merasa berhak
memiliki sifat takabbur maka dia berarti merasa menjadi Tuhan
manusia. Orang yang seperti ini pasti mendapat murka dari Allah.
Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah ber firman, ’Sombong adalah
selendangKu, dan agung adalah pakaian-Ku. Siapa yang
menyaingiKu dalam salah satu dari keduanya maka akan Aku lempar
dia ke dalam neraka Jahannam.

Karena rasa sayang dan cinta Allah memerintahkan Rasulullah Saw.
untuk tawadhu’. Lalu karena rasa sayang dan cinta juga Rasulullah
memerintahkan kepada kita untuk tawadhu’. Rasulullah bersabda,
’Sesungguhnya Allah Swt. memerintahkan aku agar tawadhu’,
jangan sampai ada salah seorang yang menyombongkan diri pada
orang lain, jangan sampai ada yang congkak pada orang lain.

Rasululah adalah teladan bagi orang berakhlak mulia. Baginda
makhluk Allah paling mulia namun juga orang paling tawadhu’
dalam sejarah ummat manusia. Sejak muda Rasululah selalu
merendahkan dirinya.

Contoh yang menggetarkan jiwa kita, adalah baginda sama sekali
tidak risih menjadi penggembala kambing. Dengan menggembala
kambing baginda tidak hanya merendahkan diri pada manusia juga
pada binatang.

Baginda tidak canggung hidup di tengah-tengah kambing yang bau dan
kotor. Baginda menjaga dan melayani kambing dengan penuh kasih
sayang. Jika ada kambing yang melahirkan beliau membantu
persalinannya. Tidak ada jarak antara baginda dengan kambing yang
digembalakannya. Rasulullah tawadhu’ tidak hanya pada manusia
juga pada binatang ternak yang digembalakannya.

Contoh sifat tawadhu’ Rasulullah. yang lain adalah beliau masih
mau memakan makanan yang jatuh ke tanah. Dapat kita baca dalam
Sirah Nabawiyyah bahwa setiap ada makanan jatuh ke tanah,
Rasulullah Saw. tidak membiarkannya. Baginda pasti mengambilnya
dan membersihkannya. Baginda membuang kotoran seperti debu yang
menempel padanya lantas memakannya. Baginda selalu menjilati jari-jarinya
setelah makan. Baginda tidak merasa risih akan hal itu sama
sekali.

Anas bin Malik ra., pembantu Rasulullah Saw., menjelaskan jika
Rasul makan beliau menjilati jari-jarinya tiga kali. Anas
meriwayatkan: Rasulullah Saw. bersabda, ’Jika makanan kalian jatuh
maka buanglah kotorannya dan makanlah dan jangan
meninggalkannya untuk setan!


**Pertama kali saya membaca artikel tentang sunnah rasulullah yang ini. "Mengutip semula makanan yang telah terjatuh". Saya selalu rasa ingin mengutip balik makanan saya yang terjatuh, tetapi saya selalu melihat orang-orang keliling saya membiarkan makanan mereka yang masih halal dimakan jika dibersihkan, malah menjauhi sunnah Rasulullah itu, makanya saya terikut-ikut orang sekeliling saya agar membiarkan makanan yang telah terjatuh.
Apalah salahnya mengambil makanan yang jatuh itu, selagi boleh dibersihkan kotorannya dan selagi masih boleh dimakan.

Tidak hina mana pun menjaga rezeki kita, lebih hina lagi apabila membazirkan makanan rezeki Allah ya?


.

1 comments:

JkiNG said...

salam awk..
cite ni ble ditayangkn?^_^

Related Posts with Thumbnails